English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, July 4, 2014

8 Makanan Anti Kanker Kolorektal


Kanker kolorektal atau usus besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Para ahli menerangkan bahwa dengan membuat perubahan gaya hidup dapat mencegah sekitar 70 persen berkembangnya kanker usus besar. Untuk melindungi diri Anda dari ancaman kanker tersebut, sudah saatnya Anda membuat rencana dan program diet yang tepat, khususnya dengan mengonsumsi beberapa makanan berikut, yang dipercaya menjadi musuh utama kanker kolon : 1. Kacang, lentil, kacang polong dan makanan lain tinggi kadar folat Perbanyak makanan seperti yang telah disebutkan di atas jika salah satu anggota keluarga Anda mengidap kanker kolorektal. Selain kaya dengan serat, makanan tersebut juga tinggi kandungan folat, vitamin B yang melindungi sel DNA dari kerusakan. Menurut sebuah studi dari Harvard University melibatkan hampir 89.000 wanita diketahui bahwa mereka - yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker kolorektal - yang mengonsumsi lebih dari 400 mcg (mikrogram) folat setiap hari, berisiko 52 persen lebih rendah mengidap kanker kolorektal ketimbang wanita yang mengkonsumsi hanya 200 mcg folat sehari . Anda bisa mendapatkan sekitar 100 sampai 150 mcg hanya dengan makan secangkir buncis atau bayam matang. Satu buah jeruk berukuran sedang juga mengandung sekitar 50 mcg. 2. Susu Susu memiliki peran sangat vital dalam membangun pertumbuhan tulang yang kuat. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa susu juga dapat membantu melindungi Anda dari kanker usus besar. Riset yang melibatkan lebih dari setengah juta orang menunjukkan bahwa minum setidaknya secangkir susu setiap hari dapat menurunkan risiko kanker usus besar dan rektum sekitar 15 persen. Sementara, mereka yang minum lebih dua gelas sehari, risikonya menurun 12 persen. Sebuah rekomendasi menganjurkan, seseorang harus memenuhi setidaknya 250 mililiter susu sehari. Mengingat lemak jenuh terkait dengan pertumbuhan tumor, maka akan lebih baik jika Anda memilih susu rendah lemak atau susu skim. 3. Sayuran dari keluarga Cruciferous Jenis sayuran yang dimaksud antara lain brokoli, kubis, kembang kol, lobak. Sayuran kelompok ini merupakan pelawan kanker paling kuat karena mengandung berbagai senyawa yang mampu mengusir kanker, yang merusak sel DNA. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang makan sayuran 50 persen memiliki risiko lebih rendah mengidap kanker usus besar ketimbang mereka yang makan dalam jumlah sedikit. Anda harus memenuhi setidaknya empat setengah cangkir (125 mililiter) porsi setiap minggu. 4. Gandum, buah-buahan dan sayuran tinggi serat Meski tidak ada penelitian yang secara pasti dapat membuktikan manfaat serat untuk mencegah kanker kolon, tetapi para ahli masih mendorong agar seseorang makan lebih dari 15 gram serat setiap harinya. Mengapa? Karena serat dapat dengan cepat membantu makanan melewati sistem pencernaan, sehingga bila ada makanan yang bersifat karsinogen, makanan itu tidak berlama-lama tinggal di saluran pencernaan. Sebuah riset berskala besar European Prospective Investigation of Cancer and Nutrition (EPIC) menunjukkan bahwa orang yang makan banyak serat, 40 persen lebih kecil kemungkinan mengembangkan kanker usus besar. 5. Kunyit Kunyit adalah jenis rempah-rempah yang cukup banyak dikenal dan sering digunakan sebagai bumbu masakan. Warna kuning alami dalam kunyit yang disebut curcumin, dipercaya sebagai agen anti kanker dan memiliki efek anti-inflamasi (meredam peradangan yang yang dianggap berkontribusi untuk pertumbuhan tumor). Curcumin juga dapat membantu membersihkan karsinogen dalam tubuh sebelum merusak sel DNA dan membantu memperbaiki kerusakan sudah terjadi. Penelitian di laboratorium menunjukkan rempah-rempah ini juga membantu menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Tidak ada rekomendasi yang dianjurkan, namun Anda hanya perlu untuk menggunakannya lebih sering dalam campuran masakan Anda. 6. Ikan dan ayam Berbagai riset menunjukkan bukti hubungan antara konsumsi daging merah dan risiko kanker usus besar. Tapi Anda tidak perlu takut untuk mengonsumsi daging, karena daging ayam dan ikan bisa menjadi pilhan alternatif. Hasil dari penelitian dari EPIC menunjukkan bahwa makan sedikitnya 300 g ikan (dua atau tiga porsi) seminggu dapat menurunkan risiko kanker usus sebesar 30 persen. Temuan ini tidak begitu mengejutkan. Jika Anda memilih ikan berlemak seperti salmon atau makarel, secara langsung Anda akan mendapatkan asam lemak omega-3 lebih banyak yang membantu mengurangi peradangan pada usus. Jika Anda tidak terlalu suka makan ikan, coba ayam. Studi menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam tidak seperti daging merah, karena tidak secara aktif memicu kanker usus besar. Ingat, sebagian besar lemak ayam terdapat di kulit, sehingga sangat disarankan untuk membuang kulit ayam sebelum dimasak. 7. Bawang putih dan bawang merah Bawang putih mungkin tidak dapat melindungi Anda dari vampir, tetapi bisa membantu mengusir kanker usus besar. Baik bawang putih dan bawang merah mengandung sulfida, yang membantu untuk membersihkan zat karsinogen dan sel kanker. Riset menunjukkan, wanita yang mengkonsumsi 1-2 siung bawang putih per minggu memiliki risiko 32 persen lebih rendah terkena kanker usus besar ketimbang wanita yang jarang makan bawang putih. Dan menurut sebuah studi yang meneliti konsumsi buah dan sayur di antara lebih dari 650 orang di Australia Selatan menunjukkan bahwa peserta yang sering makan bawang risiko mengidap kanker kolon berkurang menjadi 52 persen. Makan beberapa siung bawang putih dan sekitar setengah cangkir (125 mL) bawang setidaknya beberapa kali seminggu dapat membantu menurunkan risiko kanker Anda. 8. Teh hitam dan teh hijau Penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa senyawa dalam teh membantu menonaktifkan agen penyebab kanker. Bahkan senyawa tersebut juga mampu menghalangi pertumbuhan sel kanker. Di antara lebih dari 35.000 perempuan yang terlibat dalam Lowa Women Health Study menunjukkan, mereka yang minum dua cangkir atau lebih teh setiap hari hampir 30 persen lebih rendah terserang kanker usus ketimbang mereka yang jarang minum teh. Dan sementara mereka terutama minum teh hitam, itu perlu dicatat bahwa teh hijau mengandung lebih dari senyawa antioksidan yang disebut catechin, yang muncul untuk bekerja keajaiban.

5 Makanan Peningkat Hemoglobin


Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Tidak hanya itu, hemoglobin juga memainkan peran penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah. Seperti diketahui, penurunan jumlah sel darah merah adalah masalah serius yang dapat menjadi tanda anemia, infeksi, atau bahkan pendarahan. Mengingat fungsi dan tugas hemoglobin sangat vital, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga hemoglobin tetap sehat. Caranya cukup mudah dan sederhana, yakni dengan mengonsumsi beberapa makanan berikut ini, seperti yang dipapakan dalam laman healthmeup: * Daging merah: Meski belakangan ini daging merah kerap mendapat reputasi buruk. Tetapi makanan kaya zat besi ini dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah Anda. Daging merah tinggi akan zat besi heme, yang dapat dengan mudah diserap oleh tubuh. Tapi ingat, konsumsi daging merah secara berlebihan dapat memicu perkembangan penyakit jantung. Diet seimbang adalah kuncinya. * Sayuran : Beetroot, bayam, kacang polong, kubis, lobak, kentang dan kembang kol adalah sayuran sekaligus obat alami untuk meningkatkan jumlah darah, ia memiliki kemampuan untuk regenerasi zat besi dan mengaktifkan sel-sel darah merah, memasok oksigen segar ke darah. * Buah-buahan : Buah-buahan seperti kismis, plum, buah ara kering, aprikot, apel, anggur dan semangka tidak hanya membantu sel-sel darah merah mengalir tetapi juga meningkatkan jumlah darah. Bahkan, aneka produk buah jeruk juga dipercaya mampu untuk memikat zat besi. * Kacang: Hampir semua kacang memiliki kandungan zat besi di dalamnya, meski ada beberapa jenis kacang yang tidak memilikinya. Dari semua jenis kacang yang ada, kacang almond merupakan jenis yang memiliki kandungan zat besi paling tinggi. Satu ons almond setiap hari menyediakan sedikitnya 6 persen dari kebutuhan zat besi. * Roti, Pasta, Sereal: Periksalah label pada kemasan roti gandum, pasta, dan sereal yang Anda beli. Setiap paket harus mengandung 20 persen atau lebih dari nilai harian asupan zat besi. Gandum menawarkan banyak manfaat kesehatan yang setiap orang harus mencoba memasukkannya ke dalam diet sehari-hari, karena kandungan zat besi yang tinggi di dalamnya.

Mengapa Orang Tibet Bisa Hidup di Dataran Sangat Tinggi?


Ketika kita mendaki ke dataran tinggi, kita akan berusaha lebih keras untuk menarik napas, mungkin pucat, lalu secara bertahap beradaptasi. Hal itu kita lakukan untuk menghasilkan lebih banyak sel darah merah agar kemampuan darah menyerap oksigen lebih tinggi. Makin tinggi dataran, makin banyak kita membuat sel darah baru sehingga darah makin kental. Tetapi darah yang semakin kental tersebut menimbulkan konsekuensi bagi tubuh, sel darah menjadi lengket dan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan pada ibu hamil bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada orang biasa efek tersebut akan dirasakan, tapi tidak pada penduduk asli dataran tinggi Tibet. Di Tibet, orang tinggal dengan kondisi sehat pada ketinggian lebih dari 13.000 kaki atau sekitar 3.900 meter. Rahasia tubuh mereka bisa beradaptasi pada lingkungan tersebut ada pada gen yang disebut EPAS1, yang memungkinkan mereka menyerap lebih banyak oksigen tanpa perlu membentu sel darah baru. Yang menarik, hal ini ternyata ada kaitannya dengan mutasi genetik yang berasal dari spesies manusia lain. Dalam laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, nenek moyang orang Tibet ternyata kawin dengan spesies manusia yang kini sudah punah, yang dikenal dengan Denisovans. Spesies ini diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun lalu. Perkawinan tersebut terjadi antara manusia modern dengan spesies manusia lain. Kita berbagi sejumlah gen dengan spesies Neanderthal yang lebih dikenal, yang merupakan sepupu jauh dari Denisovan. Bagi penduduk asli Tibet, gen dataran tinggi memungkinkan mereka berkolonisasi di tempat yang orang lain tak akan bisa bertahan. Gen ini sebenarnya juga dimiliki oleh sebagian orang dari suku Han di Tiongkok. "Kami menemukan bagian dari gen EPAS1 pada orang Tibet hampir identik dengan gen pada Denisovans, dan ini sangat berbeda dengan manusia pada umumnya," kata ketua peneliti Rasmus Nielsen. Para peneliti menemukan sedikit DNA Danisovans secara tak sengaja saat mengurutkan DNA dari tulang kecil yang ditemukan di sebuah gua di Siberia.